NgalamNews || Para peneliti Yale University, AS, menemukan bakteri yang dalam bernafas dengan menghembuskan elektron berlebih sehingga bisa menghasilkan listrik.

Dikutip dari cnnindonesia.com Temuan itu berdasarkan penelitian di dalam bakteri biofilm karena cahaya dapat meningkatkan aktivitas elektronik, menghasilkan peningkatan konduktivitas listrik hingga 100 kali lipat.

“Peningkatan arus dramatis pada kawat nano yang terpapar cahaya menunjukkan arus foto yang stabil dan kuat yang bertahan selama berjam-jam,” kata penulis senior Nikhil Malvankar, profesor Biofisika dan Biokimia Molekuler (MBB) di Institut Ilmu Mikrobial Yale, dikutip dari Interesting Engineering.

Para ilmuwan sekarang mencari cara untuk memanfaatkan penemuan baru ini dan menemukan aplikasi, untuk menghilangkan limbah biohazard dan menciptakan sumber bahan bakar baru yang terbarukan dari bakteri tersebut.

Menghirup oksigen dan membuang kelebihan elektron menjadi hal yang umum bagi makhluk hidup. Namun, bakteri tanah yang hidup jauh terkubur di bawah tanah selama miliaran tahun tidak memiliki akses ke oksigen.

Oleh karena itu, mereka telah mengembangkan cara untuk bernafas dengan “menghirup mineral” melalui filamen protein kecil yang disebut kawat nano.

Para ilmuwan menemukan ketika jenis bakteri ini terkena cahaya, mereka menghasilkan peningkatan arus listrik yang substansial dan mengejutkan.

“Tidak ada yang tahu bagaimana ini bisa terjadi,” kata Malvankar

Dalam studi baru ini, tim peneliti yang dipimpin oleh peneliti postdoctoral Jens Neu dan mahasiswa pascasarjana Catharine Shipps menemukan proses ini didukung oleh protein yang mengandung logam, atau dikenal sebagai sitokrom OmcS.

OmcS pada dasarnya bertindak sebagai fotokonduktor alami yang memfasilitasi transfer elektron yang efisien ketika biofilm terkena cahaya.

“Ini adalah bentuk fotosintesis yang sama sekali berbeda,” kata dia.

“Di sini, cahaya mempercepat pernapasan oleh bakteri karena transfer elektron yang cepat antara kawat nano,” sambungnya.

Ini bukan satu-satunya bakteri yang ditemukan memiliki sifat bermanfaat. Pada Agustus 2018, tim ahli mikrobiologi dari Washington State University menemukan bakteri di Heart Lake Geyser Basin Taman Nasional Yellowstone yang dapat “menghirup” listrik dengan melewatkan elektron ke logam atau mineral luar, menggunakan bulu seperti kawat yang menonjol.

Saat bakteri bertukar elektron, mereka menghasilkan aliran listrik yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk aplikasi berdaya rendah.

Secara teori, selama bakteri memiliki bahan bakar, mereka dapat terus menghasilkan energi.

Dengan kata lain bisakah ini jadi bahan pembangkit listrik jenis baru?

Dunia sendiri tengah menghadapi potensi krisis energi, terutama karena sumber listrik kebanyakan dari energi fosil yang terbatas, seperti batu bara dan minyak bumi. Sementara, pemakaian energi terbarukan, seperti sinar Matahari dan angin, belum maksimal.

Para peneliti mengakui temuan bakteri ini menunjukkan bahwa alam dapat memberikan banyak solusi untuk beberapa masalah energi. Yang diperlukan hanyalah sedikit penelitian dan pengembangan ke arah yang benar.

Penelitian ini diunggah dalam jurnal Nature Communications pada 7 September, namun belu ditinjau oleh sejawat atau belum kajian sejawat atau peer review. (can/arh)

By Riyadi